September merupakan salah satu bulan yang menyimpan banyak kenangan bagi sebagian orang. September juga menjadi awal dimana musim hujan kembali membasahi negeri tercinta kita.
Untuk itu, di bawah ini CariPuisimu sudah mengumpulkan beberapa puisi bertema bulan September yang mungkin dapat menginspirasimu.
Puisi-puisi ini kami kumpulkan dari berbagai sumber dan sudah kami cantumkan pengarangnya di bawah puisi tersebut.
Langsung saja, ini dia daftar puisi bulan September yang menyentuh hati.
Dan kau hujan yang dirindukan
Daunan pohon yang menguning
Tanah dan akar-akar ilalang
Kau juga hujan yang menjadikanku rindu
Harum bau tanah
Tersebab airmu meresap
Pada relung bumi
Dan manjadikan semerbak wangi bunga
Ini sajak bulan September
Dan kau hujan yang menjadikanku rindu
Riuh rinaimu di atas genting
Jatuh ke jalanan dan kemudian masuk selokan
Dan mereka berbincang tentang laut
Yang menjadi tempatnya pulang
Dan kau hujan yang menjadikanku rindu
Setiap tetesmu adalah sepi
Sesepi ia yang menjadikanku bermimpi
Sendirian kumenanti
Menanti
Laron-laron mencuri matahari
Untuk itu, di bawah ini CariPuisimu sudah mengumpulkan beberapa puisi bertema bulan September yang mungkin dapat menginspirasimu.
Puisi-puisi ini kami kumpulkan dari berbagai sumber dan sudah kami cantumkan pengarangnya di bawah puisi tersebut.
Langsung saja, ini dia daftar puisi bulan September yang menyentuh hati.
Hujan di Bulan September
Ini sajak bulan SeptemberDan kau hujan yang dirindukan
Daunan pohon yang menguning
Tanah dan akar-akar ilalang
Kau juga hujan yang menjadikanku rindu
Harum bau tanah
Tersebab airmu meresap
Pada relung bumi
Dan manjadikan semerbak wangi bunga
Ini sajak bulan September
Dan kau hujan yang menjadikanku rindu
Riuh rinaimu di atas genting
Jatuh ke jalanan dan kemudian masuk selokan
Dan mereka berbincang tentang laut
Yang menjadi tempatnya pulang
Dan kau hujan yang menjadikanku rindu
Setiap tetesmu adalah sepi
Sesepi ia yang menjadikanku bermimpi
Sendirian kumenanti
Menanti
Laron-laron mencuri matahari
-Pairun Addi-
Hujan Pertama di Bulan September
Hujan akhirnya datang juga, setelah dua purnama tanah kering kerontang menantikanya.
Membasahi segala dahaga, menyejukan suasana yang mereda, menyapu segala gelisah yang melanda
Engkau tahu mengapa aku merindukan hujan? Setiap tetes airnya bagaikan membekas rindu tentangmu.
Bahkan bunyi kecipak hujan beradu dengan angan, menumbuhkan rindu menjadi gumpalan syahdu
Hujan pertama pasti jadi pertanda, kedatanganmu tak lagi di batasi masa.
Mungkin nanti atau lusa, wajah manismu kan hadir di setiap mimpiku, itu sudah cukup bagiku
Hujan pertama di bulan september, mengungkit kembali segala hayal yang tersimpan.
Menumbuhkan tunas-tunas bahagia akan berjumpa, biarlah gerimis jadi pengawal rasa setia
-Marakara-
September Kembali Membawa Kenangan
September kembali menyapaku, tentu saja bersama kenangan tentangmu...
Rangkain waktu yang berlalu, belum menghapus jejakmu dalam memori tentang kita...
Harusnya rinai hujan sudah menampakkan dirinya, tapi matahari masih bertahan pada egonya untuk bersinar
Aku melewati banyak waktu dalam ragam cerita, walau tanpa kamu. Harusnya kenangan itu sudah berlalu...
Aku harus beranjak dari September kita, karena kamu sudah tak lagi ada di sana...
Setiap September kembali masih membawa kenangan tentangmu, bukan karena hati yang masih menginginkanmu. Tapi aku tak bisa menghapus jejak masa lalu...
Sejauh apapun aku melangkah
Selama apapun waktu berputar
Tetap saja kau pernah jadi bagian dari cerita, tanpa bisa aku ingkari...
Aku di bawah musim penghujan, berharap kenanganmu luntur terbawa tetesan air.
Aku ingin membasuh diriku bersih dari luka masa lalu, karena aku perlu tempat untuk menata masa depan...
-Caroline Sambuaga-
Langit Senja di Bulan September
Matahari sudah condong ke barat
perlahan-lahan mulai terbenam.
Aku berdiri di pinggir jembatan. Sendirian.
Di balik bukit, awan menari —
kabut-kabut menuruni lembah
— angin kecil menyentuh bentangan sawah.
Aku terhanyut, bagaimana senja dapat
menyandingkan rindu dan semesta, teramat mesra.
Tiba-tiba aku ingin bulan muncul
dan kita bisa bersama di malam purnama,
lantas terpukau
menatap indah langit di bulan September.
Aku tahu selembar tangis pernah
terpecah di satu hari lahir
Ketika kebahagiaan begitu lanut melingkupi semesta.
Di tepian cakrawala, aku pun termenung.
Pada sebuah doa
kita memandang indahnya perjalanan.
Di sanalah aku bertemu dan mengabadikan
perjumpaan denganmu.
Maka biar kutitipkan senjaku pada bunga padma
lewat baris-baris sajak
sebagai doa-doa sederhana
sebab aku tak pandai berkata banyak.
Aku hanya ingin
menenteramkan senyum dan air mata
dan melihatmu bahagia.
Senantiasa.
Senja sudah terbenam, malam meninggi
aku beranjak pulang, berharap bisa menulis
sajak tentang langit di bulan September
Tentang rindu
dan kamu.
-Ama Achmad-
Untuk saat ini mungkin cukup itu dulu, kedepannya akan kami update dengan menambah puisi tentang bulan September lainnya. Jadi jangan lupa selalu kunjungi CariPuisimu ya.
Post a Comment
Post a Comment